Perbedaan STM (Scanning Tunnelling Microscope) dan AFM (Atomic Force Microscope)


Scanning Tunneling Microscopy merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melihat topografi secara jelas. Prinsip kerja dari sistem STM adalah memanfaatkan arus tunnel yang timbul pada gap antara ujung jarum pengukur (needle tip) dan permukaan sampel terukur. Arus tunel yang terjadi adalah arus yang timbul akibat adanya overlapping  awan elektron yang dimiliki oleh kedua konduktor yang saling bedekatan bila diberi beda potensial padanya. Dalam hal ini adalah ujung jarum pengukur dan permukaan sampel terukur. Total kerapatan arus dari elektron tunel tidak menjadi nol pada permukaan luas dari sampel, akan tetapi berkurang menurut fungsi eksponensial sampai beberapa Amstrong dari permukaan bagian luar sampel yang sering disebut awan elektron.

Bila ada dua buah konduktor yang didekatkan satu sama lain pada orde Angstrom, kemudian diberikan beda potensial kepadanya maka akan timbul aliran arus dari suatu konduktor menuju konduktor yang lainnya. Karena arus tersebut dikenal dengan arus tunel. Arus tunel inilah yang menjadi dasar pengukuran dengan menggunakan sistem scanning tunneling microscope (STM).



Pada umumnya besar arus tunnel yang digunakan dalam sistem STM antara 0,5 nA sampai dengan 2,5 nA dan besarnya tegangan bias yang digunakan adalah antara 0,5 volt sampai dengan 2,0 volt. Batasan penggunaan arus kerja dan tegangan sampel bias tersebut adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan pada permukaan sampel dan ujung jarum pengukur.  Hal tersebut mungkin terjadi karena keterbatasan respon dari sistem umpan balik dari sistem scanner atau terlalu dekatnya ujung jarum pada permukaan sampel terukur. Dengan memberikan sampel bias yang lebih tinggi dari tegangan kerjanya, yaitu berkisar antara 3,0 volt sampai 0,5 volt maka permukaan ujung jarum dapat diperbaiki dan akan mendapatkan hasil pengukuran yang benar. Dengan demikian, dari image yang akan dihasilkan akan dapat dianalisa dan memberikan informasi yang benar.

Untuk suatu proses pengukuran sebuah sampel terukur, ruang vakum tidak boleh dibuka sampai pengukuran selesai. Hal tersebut diperlukan karena dalam mempersiapkan proses pengukuran ini diperlukan waktu yang cukup lama, mulai dari mempersiapkan sampel dengan pemurnian dan pemanansan sampel (heat treatment) sampai persiapan sistem vakumnya sendiri, yaitu dengan pemanasan chamber (bake out vacum chamber system). Apabila selama percobaan kondisi ujung jarum berubah seperti yang disebutkan diatas, maka perlu dilakukan perbaikan atau perubahan parameter dari ujung jarum ukur tersebut untuk mendapatkan hasil yang benar, dan perubahan parameter tersebut perlu dilakukan didalam ruang vakum (journal of university wiconsin).

Atomic Force Microscopy (AFM) adalah suatu alat untuk melihat, memanipulasi atom-atom di dimensi nano. Alat ini ditemukan pada tahun 1986 oleh Gerg Binnig, Calfin F Quate, dan Christoph Gerber ara Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter (1 nm=10-9m). Bahan berstruktur nano merupakan bahan yang memiliki paling tidak salah satu dimensinya berukuran < 100 nm. Atomic force microscope mampu menampilkan gambar dimana ukurannya lebih kecil dari 20 ms. Mikroskop ini juga memungkinkan menampilkan gambar yang dari kristal yang lunak dan permukaan polimer (A.D.L.Humphris, M.J.Miles, and J.K.Hobbsb, 2005).



AFM memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan Scanning Electron Microscope. Tidak seperti mikroskop elektron yang menghasilkan gambar dua dimensi dari sampel, AFM memberikan gambaran sampel berupa tiga dimensi. Selain itu, sampel yang akan dilihat menggunakan AFM tidak memerlukan perlakuan khusus, seperti melapisi dengan karbon dan lain-lain yang dapat menimbulkan perubahan ireversibel ataupun kerusakan pada sampel. AFM dapat bekerja sebaik mungkin dalam kondisi lingkungan seperti apapun.

Adapun cara kerja dari alat ini sangat mudah, untuk masalah sampel yang digunakan persyaratan nya hanya memiliki paling tidak salah satu dimensinya berukuran < 100 nm. Sampel tidak perlu di lapisi dengan karbon atau lapisan apapun yang dapat merusak sampel. Untuk persiapan awal terhadap sampel adalah sebagai berikut:
1. Letakkan sampel pada tempat sampel yang ada pada alat
2. Pastikan ujung tip berada tepat di permukaan sampel
3. Hidupkan alat dan layar computer.
Untuk cara kerja alat AFM ini adalah:
1.  Selama scan, tip 'jarum' dari cantilever (sensor) maju mundur sepanjang permukaan
     sampel.
2.  Gerak scan arah x,y, dan z dikontrol oleh tube scanner piezoelektrik
3. Untuk mendeteksi setiap defleksi dari jarum, digunakan laser yang dipantulkan ke ujung tip, selanjutnya melalui cermin laser menuju fotodiode.
4. Piezoscanner dan photodiode terhubung melalui loop feedback, kemudian hasil nya di tampilkan pada layar komputer yang telah tersedia

Input dari alat AFM ini adalah atom /molekul yang berukuran < 100 nm. Output dari alat ini berupa gambar tiga dimensi dari suatu atom/molekul. Output/keluaran dari alat AFM adalah berupa gambar, dimana gambar yang dihasilkan adalah gambar tiga dimensi sehingga gambar yang dihasilkan sangat jelas, baik bentuk maupun struktur penyusun atom.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Post

Recent Posts Widget

Subscribe Us

Recent Posts

Flag Counter

Flag Counter

Mengenai Saya

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia