Superkonduktor dibagi menjadi dua jenis berdasarkan suhu
kritis dan medan magnet kritis. Berdasarkan
suhu kritisnya superkonduktor dibagi menjadi 2, yaitu superkonduktor suhu
rendah dan superkonduktor suhu tinggi (SKST). Superkonduktor suhu rendah
merupakan superkonduktor yang memiliki suhu kritis di bawah suhu nitrogen cair
(77 K), sehingga untuk memunculkan superkonduktivitasnya, material tersebut
menggunakan helium cair sebagai pendingin. Sedangkan superkonduktor suhu tinggi
adalah superkonduktor yang memiliki suhu kritis di atas suhu nitrogen cair dan
untuk media pendinginnya menggunakan nitrogen cair (Chu et al, 1987).
Berdasarkan medan magnet kritis,
superkonduktor dibagi menjadi 2, yaitu superkonduktor tipe I dan superkonduktor
tipe II. Superkonduktor tipe I
merupakan bahan superkonduktor yang sempurna menolak medan magnet sampai pada
batas medan magnet tertentu kemudian berubah menjadi normal. Medan magnet yang
diperlukan untuk menghilangkan superkonduktivitas atau memulihkan resistivitas
normalnya disebut medan kritis (Bc).
Superkonduktor tipe II mempunyai dua nilai medan magnet kritis yaitu Bc1 dan Bc2. Fluks
sepenuhnya ditolak hingga Bc1, jadi di bidang yang lebih kecil dari
Bc1, superkonduktor tipe II berperilaku seperti superkonduktor tipe
I di bawah Bc. Di atas Bc1 fluks sebagian menembus ke dalam bahan
sampai bidang kritis atas, Bc2 tercapai. Di atas Bc2
material kembali ke keadaan normal. Di antara Bc1 dan Bc2,
superkonduktor dikatakan dalam keadaan campuran (Cyrot dan Pavuna, 1992). Fluks
magnet pada jangkauan medan magnet kritis ditunjukkan pada Gambar 1.
Keadaan Meissner Keadaan campuran Keadaan
normal
Gambar 1. Fluks magnet pada jangkauan
medan kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar